Kiswah Ka'bah di Masjid Namira, Lamongan


Masjid Namira Lamongan

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Namira, nama salah satu masjid di kabupaten Lamongan, Jawa Timur  yang terkenal dan tak pernah sepi dari pengunjung.  Masjid Namira seolah sudah menjadi tempat wisata yang wajib dikunjungi oleh para wisatawan dari Lamongan dan dari luar Lamongan atau bahkan mungkin penjuru nusantara. Masjid Namira berlokasi di Jalan Raya Mantup Km. 5, Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Apa daya tarik Masjid Namira ini sehingga para wisatawan penasaran untuk mengunjunginya? Apakah karena keindahannya, kebersihannya, keramahan para petugas mesjidnya,  program kegiatannya atau hal lainnya yang ada di masjid?  Dan kami sekeluarga yang berasal dari luar Lamongan termasuk salah satu yang tertarik dan penasaran dengan keberadaan Mesjid Namira ini. 

Alhamdulillah,  kami sekeluarga berkesempatan untuk berkunjung ke Mesjid Namira sekitar 2 tahun yang lalu ketika awal-awal Mesjid ini viral di media social.  Pada tanggal 21 September 2017, kebetulan kami sekeluarga sedang dalam perjalanan pulang dari Surabaya ke Tuban dan tiba-tiba saja teringat dengan Masjid Namira.  Karena perjalanan dari Surabaya ke Tuban melewati Lamongan, kami sempatkan untuk mampir terlebih dulu ke  Masjid Namira.  Kami tiba di Masjid Namira sekira satu jam sebelum masuk waktu maghrib dan memutuskan untuk sekalian menikmati  ibadah sholat maghrib di masjid ini. 


Sepintas masjid ini terlihat berbeda dengan bangunan masjid besar pada umumnya  yang  berkubah besar dikelilingi menara-menara tinggi dan pintu-pintu masjid yang melengkung seperti huruf U terbalik.  Masjidnya memang besar namun tidak terlalu tinggi, desainnya sederhana seperti bangunan minimalis yang berbentuk  kotak persegi empat dengan dua teras utama di sebelah timur  dan utara.  Satu menara masjid berbentuk kotak persegi empat yang berdiri tegak lurus menjulang ke atas terpisah dari bangunan utama yang terletak di depan sebelah selatan masjid. Kubahnya tidak terlalu besar,  berwarna kuning emas, berjumlah tiga masing-masing terletak di atas teras utama dan menara masjid.   Keindahan dan keunikan masjid justeru terletak pada desain masjid yang minimalis tersebut.





Masjidnya menghadap ke 2 arah, mengahap ke timur dan ke utara sesuai dengan bangunan teras utama masjid dengan kubah di atasnya.  Masjidnya kelihatan terbuka tanpa pintu, bangunan utama untuk sholat rowatib terletak di bagian dalam yang dikelilingi dinding kaca tebal dengan pintu kaca geser terkecuali bagian depan yang berdinding tembok bermarmer. 
Tempat wudhu dan toilet terletak di bagian selatan masjid. Antara masjid dan tempat wudhu terhubung jalan yang disamping kiri kanannya terdapat taman dan kolam air. Di dinding tempat wudhu terpasang monitor yang menginformasikan program kegiatan masjid yang bisa dilihat setiap jamaah yang akan berwudhu. Tempat wudhunya unik karena disediakan tempat duduk dari keramik. Tempat wudhu dan toilet sangat terawat dan terjaga kebersihannya. 




Halaman mesjid terlihat bersih dan luas yang memungkinkan semua jenis kendaraan termasuk bus pariwisata dapat memasuki area masjid.  Parkir kendaraan sebagian besar berada di sebelah utara masjid.  Akses pintu masuk dan pintu keluar area masjid berbeda, sehingga memudahkan kendaraan keluar masuk area masjid.  Area masjid dikelilingi persawahan yang menambah keasrian dan keheningan masjid.  

Terkait dengan kebersihan masjid,  takmir Masjid Namira telah menyediakan petugas-petugas yang setiap saat siap membersihkan masjid dan halaman masjid. Untuk memudahkan dan mempercepat kebersihan,  petugas dibekali peralatan kebersihan yang sebagian besar  berelektronik  diantaranya pembersih sampah atau penyedot debu yang dioperasikan di halaman masjid.  Karenanya, jangan heran bila masjid dan halaman masjid terlihat sangat bersih.


 
Masjid ini dibangun pada tahun 2013 oleh pasangan Bapak Helmy Riza dan Ibu Eny Yuli Arifah  berdiri di atas lahan seluas 0,9 hektar dengan luas bangunan mencapai 1.100 m2 dan hanya mampu menampung sekitar 500 jamaah. Sejak 2 Oktober 2016,  masjid ini memiliki bangunan baru yang terletak sekitar 300 meter dari bangunan lama yang beridri di atas lahan seluas 2,7 hektar. Luas bangunan mencapai 2.750 m2 yang mampu menampung lebih kurang 2.500 jamaah (regional.kompas.com).

Kiswah adalah kain yang menutupi Kakbah di Makkah, Saudi Arabia. Kain ini biasanya diganti setiap tahun pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari ketika jamaah haji berjalan ke Bukit Arafah pada musim Haji. Nama kiswah dalam bahasa Arab berarti 'selubung' (kain yang dikenakan pada peti). Setiap tahun, kiswah lama diangkat, dipotong-potong menjadi beberapa bagian kecil dan dihadiahkan kepada beberapa orang, pejabat Muslim asing yang berkunjung dan organisasi asing. Biaya pembuatan kiswah saat ini mencapai SR 17.000.000. Kain ini memiliki luas 658m2 dan terbuat dari sutera seberat 670 kg. Jahitannya terdiri dari benang emas seberat 15 kg. Kain ini terdiri dari 47 bagian kain dan masing-masing kain memiliki panjang 14m dan lebar 101m.  Kiswah dipasang mengitari Kakbah dan direkatkan ke tanah menggunakan cincin tembaga Jahitan ayat-ayat Quran yang biasanya dirancang secara manual sekarang dibantu oleh komputer yang mempercepat masa pembuatan kain ini (wikipedia).


Kiswah Masjid Namira,


Ruangan tempat sholat masjid terlihat luas karena tidak ada tiang-tiang penyangga yang berdiri di tengah ruangan.  Lantai berlapis karpet tebal warna merah hati dan krem, plafon masjid datar dengan motif kotak-kotak warna krem yang setiap sudut kotak terpasang lampu. Pada bagian tengah plafon terdapat kotak besar yang ditengahnya berhias tulisan arabic Allah ( ﷲ  ) yang menyala.  Ketika lampu menyala, terlihat titik-titik lampu yang membentuk garis lurus pada plafon masjid. Dinding tempat mihrab imam bermarmer hitam mengkilat yang ditengahnya  terpasang Kiswah warna kuning emas. 




Kiswah inilah yang  menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan untuk mengunjungi Masjid Namira ini.  Konon, bekas kain penutup ka’bah asli itu sengaja didatangkan langsung dari Masjidil Haram di Arab Saudi.  Kiswah itu terpasang kokoh di dinding mihrab imam  yang dilindungi kaca tebal.  Terpasang juga ‘police line’ garis pembatas warna merah di depan dinding kaca sehingga pengunjung tidak dapat sembarangan mendekat ke dinding kiswah. Disamping itu masih ada petugas yang menjaga keamanan dan ketertiban di depan kiswah masjid.

Setiap pengunjung Masjid Namira betah berlama-lama di dalam ruangan masjid. Disamping keberadaan kiswah,  lantai masjid yang empuk, ruangan masjid beraroma harum dan ber-AC yang menambah kesejukan masjid.  Dan pastinya, setiap pengunjung selalu mengabadikan kiswah dengan berfoto ria atau swafoto ria di depan kiswah ka’bah Masjid Namira ini.

Ketika sholat pun, jamaah tidak terasa berlama-lama berdiri padahal bacaan imam termasuk panjang.  Para jamaah terlihat khusyu’ menikmati lantunan bacaan ayat-ayat qur’an dari sang imam sholat yang merdu mendayu-dayu.  Kabarnya, para imam sholat ini didatangkan dan dipilih dari para hafizh quran yang bacaannya merdu.

B
agi para musafir yang kebetulan melewati Lamongan dan belum pernah berkunjung,  monggo untuk melihat lebih dekat  kiswah ka’bah yang terpasang di dinding mihram imam Masjid Namira.  Letaknya tidak jauh dari pusat kota Lamongan, lebih kurang 4 Km lurus ke arah selatan dari alun-alun kota Lamongan. 


Belum ada Komentar untuk "Kiswah Ka'bah di Masjid Namira, Lamongan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel