Masjid Keagungan Dalem Karaton Ngayogyakarto Hadiningrat, Masjid Gedhe Kauman




Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُه
Alhamdulillah, bisa berlibur lagi di Yogyakarta selama satu tahun dari 2019 sampai dengan tahun 2020 (😄 he he ). Berlibur pas pergantian tahun, dari tanggal 31 Desember 2019 s.d. 2 Januari 2020. Bila sebelumnya tidak sempat mampir di Masjid Gedhe Kauman, liburan kali ini kami sempat mampir meskipun hanya sebentar dan tidak disaat waktu sholat. Hari Kamis tanggal 2 Januari 2020, kami datang pagi ketika masjid masih tutup dan belum banyak pengunjung.  Masjid ini berlokasi di Alun-Alun Keraton, Jl. Kauman, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berusaha untuk  masuk ke dalam masjid, namun tidak bisa karena semua pintu masih terkunci termasuk  pintu yang berada di samping masjid. Sayang sekali, hanya dapat memotret masjid dari luar, sehingga tidak dapat melihat bagian dalam ruang utama masjid atau bagian-bagian lain dalam masjid yang bernilai sejarah.  Sebentar kemudian, setelah cukup puas jeprat jepret, kami sudah meninggalkan kawasan masjid.

Sesuai prasasti yang dipasang di pagar depan masjid, Masjid Gedhe Kauman adalah Masjid Raya Provinsi Daerah Istiwewa Yogyakarta. Masjid Raya adalah masjid yang berada di ibu kota provinsi, ditetapkan oleh gubernur atas rekomendasi Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi  sebagai Masjid Raya dan menjadi pusat kegiatan keagamaan tingkat pemerintahan provinsi. Masjid Gedhe Kauman adalah Masjid Keagungan Dalem Karaton Ngayogyakarto Hadiningrat termasuk salah satu bangunan Cagar Budaya Nasional. Masjid ini dibangun pada abad 18 M, tepatnya pada hari Minggu tanggal 29 Mei 1773.


Sama seperti Masjid Agung Kraton Surakarta, memasuki kawasan masjid disambut dengan pintu gerbang berupa gapura besar.  Masjidnya dikelilingi dengan pagar tembok dengan pintu masuk sebelah timur berpagar besi. Pintu masuknya unik yang terlihat sekali menggambarkan simbol kerajaan dan keislaman. Bagian atas pintu berbentuk setengah lingkaran yang di tengahnya tersemat lambang kerajaan atau kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan bagian puncaknya terpasang bulan sabit dan bintang. Menariknya, di tengah lambang kasultanan terpasang jam dinding.  

Masjidnya kental dengan nuansa jawa sama seperti Masjid Agung Kraton Surakarta dan Masjid Agung Demak yang juga sama-sama peninggalan kerajaan di jawa, kasunanan Surakarta Hadiningrat dan kasultanan Demak Bintoro.  Bangunan masjid terdiri dari dua bagian, yang pertama merupakan serambi masjid yang terbuka dengan atap berundak dua. Bangunan kedua adalah ruang utama masjid yang tertutup dengan atap limas segiempat berundak tiga yang puncak kubahnya berhiaskan mahkota kerajaan. Tidak ada menara masjid di kawasan Masjid Gedhe Kauman ini.  


Masjid Gedhe Kauman  tidak dapat dipisahkan dengan Karaton Ngayogyokarto Hadiningrat. Masjid ini didirikan oleh raja pertama Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwana I yang bergelar Senopati ing Ngalogo Abdurrahman Sayyidin Panatagama Kalifatullah ing Ngayogyokarto.  Sebuah gelar yang agung, Senopati Ing Ngalogo  artinya sultan sebagai pemimpin atau panglima tertinggi dalam peperangan atau sultan mempunyai kekuasaan untuk menentukan perdamaian dan peperangan.  Abdurrahman Sayyidin Panatagama artinya sultan sebagai pemimpin, penata, pemuka dan pelindung agama. Kalifatullah Ing Ngayogypkarto artinya wakil Allah di bumi Ngayogyokarto.




Bagian-bagian bersejarah Masjid Gedhe Kauman


1.  Masjid Gedhe Kauman atau bangunan utama masjid yang didirikan pada hari Ahad Wage tanggal 29 Mei 1773. Pemrakarsa adalah Sultan Hamengku Buwana I dan Kyai Penghulu Faqih Ibrahim Diponingrat, sedangkan sebagai arsiteknya yang terkenal waktu itu Kyai Wiryokusumo.  Bangunan utama masjid merupakan bangunan yang beratap limas segiempat berundak atau bercungkup tiga yang puncak atapnya atau kubahnya berhiaskan mahkota kerajaan. Bangunan ini berfungsi sebagai ruang utama untuk sholat.
2.  Serambi Masjid Gedhe yang dibangun pada hari Kamis Kliwon, tanggal 20 Syawal tahun 1189 H atau 1775 M. Serambi Masjid Gedhe selain dipakai untuk sholat, juga difungsikan sebagai pertemuan Alim Ulama, Pengajian Dakwah Islamiyah, Mahkamah untuk Pengadilan masalah keagamaan, pernikahan, perceraian, dan pembagian waris.  Selain itu juga untuk peringatan hari-hari besar Agama Islam.

3.   Pagongan dan Gamelan Sekaten. Pagongan ( Pa= tempat, Gong= salah satu instrumen alat musik Jawa, Gamelan), letaknya di sudut kiri dan sudut kanan halaman. Tempat ini digunakan sebagai tempat peralatan dakwah dengan pendekatan kultural yaitu Gamelan Sekaten. Gamelan Sekaten sering dibunyikan pada setiap peringatan Maulid nabi Muhammad Saw.  Gamelan Sekaten ini sangat terkenal dan punya daya tarik pada masyarakat untuk mengenal dan kemudian memeluk agama Islam dengan sukarela.  Nama “Sekaten” sendiri berasal dari kata “Syahadatain” yang berarti dua kalimah syahadat.

4.  Gapuro atau Regol Masjid yang dibangun pada tahun 1840 yaitu pintu gerbang masuk kawasan masjid yang dikenal sebagai Gapuro.  Gapuro sendiri berasal dari kata ”ghofuro” yang berarti ampunan dari dosa. Maksudnya mungkin bila orang memasuki masjid melewati Gapuro, berniat baik memasuki Islam, akan mendapatkan ampunan dosa.



Belum ada Komentar untuk "Masjid Keagungan Dalem Karaton Ngayogyakarto Hadiningrat, Masjid Gedhe Kauman"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel