Masjid Kuno Dengan Tradisi Pukul Bedug dan Semaan, Masjid Agung Kota Magelang




  
Masjid Agung  Kota Magelang

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُه
Magelang, salah satu kabupaten dan kota di Jawa Tengah yang terkenal dengan Candi Borobudurnya. Magelang juga dikenal sebagai kota sejuta bunga sesuai dengan tagline kota yang terpampang di Alun-alun kota. Magelang termasuk salah satu kota yang masih mempertahankan kekunoan Masjid Agung yang berlokasi di alun-alun kota. Alhamdulillah, hari Senin tanggal 30 Desember 2019, kami bisa menginjakan kaki di Kota Magelang dan singgah di Masjid Agung Kota Magelang.


Masjid Agung Kota Magelang berlokasi di Jalan Alun Alun Utara No. 2, Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang.  Secara tak sengaja kami terdampar di Masjid ini, karena niat awalnya ingin mencicipi ‘kupat tahu’ kuliner khas Magelang yang berlokasi di Kota Magelang. Malang tak dapat ditolak, ketika kami tiba menjelang maghrib, warung kuliner kupat tahu yang kami incar ternyata sudah tutup. Kebetulan tempatnya berdekatan dengan alun-alun kota sehingga kami mampir ke Masjid Agung untuk sholat maghrib.  


Musim liburan, ketika masuk ke halaman masjid, tempat parkir sudah hampir penuh. Banyak pengunjung yang berasal dari luar kota Magelang terlihat dari plat nomor kendaraan bermotor yang terparkir di halaman masjid. Masjidnya bernuansa hijau hampir di seluruh bagian bangunan, hijau di bagian dinding serambi dan hijau muda di bagian tiang dan dinding masjid.  Bagian dalam masjid juga bernuansa hijau mulai dari tiang, atap, dan karpetnya. 
Masjidnya terbagi menjadi 2 bangunan, yang pertama merupakan bangunan induk atau bangunan utama yang tertutup dinding tembok dengan pintu dan jendela-jendela besar dari kayu. Bangunan induk ini digunakan sebagai ruang utama untuk sholat. Yang kedua adalah serambi masjid yang terbuka, meliputi serambi kanan, kiri dan depan. Serambi sebelah kiri (selatan) digunakan sebagai tempat sholat jamaah putri. Serambi bagian depan lebih banyak digunakan sebagai tempat istirahat para jamaah yang sedang menunggu waktu sholat atau selesai sholat.

 
Kekunoan masjid terlihat dari bangunan induk masjid yang berasitektur jawa kuno dengan atap berundak atau bercungkup tiga mirip Masjid Agung Demak, Masjid Agung Surakarta dan Masjid Gedhe Kauman.  Atap paling atas berupa kubah masjid berbentuk limas segiempat dengan puncaknya berlafal (Allah) warna perak.  Kekunoan masjid terlihat juga pada bagian dalam masjid dengan tiang-tiang dan plafon dari kayu. Antara satu tiang dengan tiang yang lain terhubung dengan kayu yang setiap simpulnya dibalut dengan tali temali. 

Tidak banyak literasi terkait dengan pembangunan Masjid Agung Kota Magelang.  Proses pembangunan  masjid dirintis pada tahun 1894 atas prakarsa dari Sajid Alwi bin Achmad Danuningrat, Bupati Magelang pertama. Awalnya, masjid ini bernama Masjid Jami’ Magelang. Pertama kali mengalami pemugaran pada tahun 1932 pada masa pemerintahan Bupati Magelang ke IV, Sajid Achmad bin Saidanu Sugondo. Pemugaran dilakukan dengan perluasan bangunan dan penambahan serambi utara, selatan, dan sisi depan.




Tradisi  di Masjid Agung Kota Magelang

Tradisi yang dipertahankan di masjid ini adalah bedug, ketika awal masuk waktu sholat sebelum dikumandangkan adzan didahului dengan pukul bedug. Seperti ketika kami sholat magrib, sebelum adzan didahului dengan pukul bedug oleh bapak sepuh yang sudah lebih dari 20 tahun bertugas memukul bedug (sempat berdialog sebentar dengan bapak yang pukul bedug).

Disamping tradisi pukul bedug sebelum dikumandangkan adzan, tradisi yang sudah lebih dari 60 tahun dipertahankan di Masjid Agung Kota Magelang adalah tradisi semaan Alquran selama bulan Ramadhan.  Tradisi semaan alquran selama bulan ramadhan di Masjid Agung Kota Magelang sudah dilakukan sejak tahun 1950. Semaan adalah tradisi menyimak dan mendengarkan Alquran. Semaan Alquran yang digelar sebulan penuh dihadiri puluhan warga yang tinggal di sekitar Magelang.  Para peserta tekun menyimak dan mendengarkan bacaan Alquran yang dilakukan secara hafalan oleh Ustadz pembimbing. Mereka menyimak sekaligus memperbaiki bacaan masing-masing.  Semaan berlangsung mulai ba’da sholat dhuhur sampai menjelang sholat asar.  


Sumber bacaan :
 

Belum ada Komentar untuk "Masjid Kuno Dengan Tradisi Pukul Bedug dan Semaan, Masjid Agung Kota Magelang"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel