Masjid Kuno Dengan Tradisi Pukul Bedug dan Semaan, Masjid Agung Kota Magelang
Senin, 16 Maret 2020
Tulis Komentar
Masjid Agung Kota Magelang
اَلسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُه
Magelang, salah satu kabupaten dan kota di Jawa Tengah
yang terkenal dengan Candi Borobudurnya. Magelang juga dikenal sebagai kota
sejuta bunga sesuai dengan tagline kota yang terpampang di Alun-alun kota. Magelang
termasuk salah satu kota yang masih mempertahankan kekunoan Masjid Agung yang berlokasi di alun-alun kota.
Alhamdulillah, hari Senin tanggal 30 Desember 2019, kami bisa menginjakan kaki
di Kota Magelang dan singgah di Masjid Agung Kota Magelang.
Masjid
Agung Kota Magelang
berlokasi di Jalan Alun Alun Utara No. 2, Cacaban, Kecamatan Magelang Tengah,
Kota Magelang. Secara tak sengaja kami terdampar di Masjid ini, karena niat awalnya ingin mencicipi ‘kupat tahu’ kuliner khas Magelang yang
berlokasi di Kota Magelang. Malang tak dapat ditolak, ketika kami tiba
menjelang maghrib, warung kuliner kupat tahu yang kami incar ternyata sudah
tutup. Kebetulan tempatnya berdekatan dengan alun-alun kota sehingga kami
mampir ke Masjid Agung untuk sholat maghrib.
Musim liburan, ketika masuk ke halaman masjid, tempat parkir sudah hampir penuh. Banyak pengunjung yang berasal dari luar kota Magelang terlihat dari plat nomor kendaraan bermotor yang terparkir di halaman masjid. Masjidnya bernuansa hijau hampir di seluruh bagian bangunan, hijau di bagian dinding serambi dan hijau muda di bagian tiang dan dinding masjid. Bagian dalam masjid juga bernuansa hijau mulai dari tiang, atap, dan karpetnya.
Masjidnya terbagi menjadi 2 bangunan, yang
pertama merupakan bangunan induk atau bangunan utama yang tertutup dinding
tembok dengan pintu dan jendela-jendela besar dari kayu. Bangunan induk ini
digunakan sebagai ruang utama untuk sholat. Yang kedua adalah serambi masjid yang
terbuka, meliputi serambi kanan, kiri dan depan. Serambi sebelah kiri (selatan)
digunakan sebagai tempat sholat jamaah putri. Serambi bagian depan lebih banyak
digunakan sebagai tempat istirahat para jamaah yang sedang menunggu waktu
sholat atau selesai sholat.
Kekunoan masjid terlihat dari bangunan induk
masjid yang berasitektur jawa kuno dengan atap berundak atau bercungkup tiga
mirip Masjid Agung Demak, Masjid Agung Surakarta dan Masjid Gedhe Kauman. Atap paling atas berupa kubah masjid
berbentuk limas segiempat dengan puncaknya berlafal ﷲ
(Allah) warna perak. Kekunoan masjid
terlihat juga pada bagian dalam masjid dengan tiang-tiang dan plafon dari kayu.
Antara satu tiang dengan tiang yang lain terhubung dengan kayu yang setiap
simpulnya dibalut dengan tali temali.
Tidak banyak
literasi terkait dengan pembangunan Masjid Agung Kota Magelang. Proses pembangunan masjid dirintis
pada tahun 1894 atas prakarsa dari Sajid Alwi bin Achmad Danuningrat, Bupati Magelang
pertama. Awalnya, masjid ini bernama Masjid Jami’ Magelang. Pertama kali
mengalami pemugaran pada tahun 1932 pada masa pemerintahan Bupati Magelang ke
IV, Sajid Achmad bin Saidanu Sugondo. Pemugaran dilakukan dengan perluasan
bangunan dan penambahan serambi utara, selatan, dan sisi depan.
Tradisi di Masjid Agung Kota Magelang
Tradisi yang dipertahankan di masjid ini
adalah bedug, ketika awal masuk waktu sholat sebelum dikumandangkan adzan
didahului dengan pukul bedug. Seperti ketika kami sholat magrib, sebelum adzan
didahului dengan pukul bedug oleh bapak sepuh yang sudah lebih dari 20 tahun
bertugas memukul bedug (sempat berdialog sebentar dengan bapak yang pukul
bedug).
Disamping tradisi
pukul bedug sebelum dikumandangkan adzan, tradisi yang sudah lebih dari 60
tahun dipertahankan di Masjid Agung Kota Magelang adalah tradisi semaan Alquran selama bulan Ramadhan. Tradisi semaan
alquran selama bulan ramadhan di Masjid Agung Kota Magelang sudah dilakukan sejak
tahun 1950. Semaan adalah tradisi menyimak
dan mendengarkan Alquran. Semaan Alquran yang digelar sebulan penuh dihadiri puluhan warga yang
tinggal di sekitar Magelang. Para
peserta tekun menyimak dan mendengarkan bacaan Alquran yang dilakukan secara
hafalan oleh Ustadz pembimbing. Mereka menyimak sekaligus memperbaiki bacaan
masing-masing. Semaan berlangsung
mulai ba’da sholat dhuhur sampai menjelang sholat asar.
Sumber bacaan :
Belum ada Komentar untuk "Masjid Kuno Dengan Tradisi Pukul Bedug dan Semaan, Masjid Agung Kota Magelang"
Posting Komentar