Masjid berlantai Tegel, Masjid Agung Kota Blitar
Masjid Agung Kota Blitar
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُه
Lebih dari 3 tahun lalu, kami pernah mengunjungi kota Blitar yang terkenal dengan wisata ziarah makam Bung Karno dan wisata agro Kampung Coklat. Liburan tanggal merah hari Jumat, 14 April 2017 kami berkunjung ke Sekolah si sulung di kota Malang. Terbersit keingingan untuk mengajak si sulung berwisata ke Kampung Coklat di Blitar, namun tidak mendapatkan izin dari sekolah. Kurang seru sih berwisata tanpa kehadiran anak-anak secara lengkap. Pada akhirnya kami berempat tanpa si sulung berangkat ke Kota Blitar setelah terlebih dulu menunaikan sholat Jumat di Masjid tempat sekolahnya.
Perjalanan dari Malang ke Blitar melewati jalur wisata Waduk Karangkates, sehingga sayang kalau kami tidak singgah lebih dulu ke wisata tersebut. Setelah puas wisata di Waduk Karangkates, kami meneruskan perjalanan ke kota Blitar dan tiba di sana sore hari langsung menuju tempat penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya.
Menjelang waktu maghrib, kami jalan ke alun-alun kota untuk
melaksanakan sholat maghrib di Masjid Agung Blitar. Masjid Agung Blitar berada di sebelah barat alun-alun kota yang
beralamat di Jalan Masjid No. 103, Kelurahan Kauman, Kecamatan Kepanjen Kidul,
Kota Blitar. Sesuai data dari SIMAS,
Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama, Masjid Agung Blitar didirikan tahun
1820 M di atas tanah seluas 2.000 m2 dan bangunan 1.500 m2 yang mampu menampung
jamaah hingga 2.000 orang.
Tampak dari luar, masjid agung Blitar tidak terlihat seperti masjid lama dengan bangunan kuno, tetapi terlihat seperti masjid kekinian dengan bangunan besar bertingkat. Bangunan masjid terbuat dari kolom-kolom beton, tiang dan tembok yang kokoh berwarna putih. Menara masjid menjulang tinggi berada di sisi sebelah utara juga terbuat dari tembok beton kokoh berwarna putih. Bagian atas menara berbentuk seperti gardu pandang yang dapat digunakan untuk melihat kota Blitar dari ketinggian. Kubah utama masjid berwarna hijau yang berbentuk setengah lingkaran atau setengah bulatan yang terletak di atas bangunan masjid bagian depan. Lantai masjid bagian luar juga sudah bermarmer warna krem dengan garis batas shof warna hitam. Benar-benar masjid dengan bangunan modern, tidak terlihat sama sekali bahwa masjid ini didirikan ratusan tahun yang lalu.
Namun bila kita masuk ke bagian dalam masjid yang digunakan sebagai tempat utama untuk sholat rowatib, maka kesan kuno masih tampak dari bangunan masjid. Sebagian besar bangunan masjid terbuat dari kayu, kolom dan tiangnya dari balok kayu yang besar, atap plafon juga terbuat dari kayu dan jendela-jendela besar dari kayu. Terlebih lantainya masih berbalut tegel warna kuning polos yang menunjukkan bahwa masjid ini termasuk bangunan yang sudah lama berdiri. Salah satu ciri khas dari bangunan kuno di Indonesia adalah lantai ubin berupa tegel. Menambah kesan kuno, lampu gantungnya berbentuk seperti lampu-lampu jadul jaman dulu.
Sejarah pembangunan Masjid Agung Blitar
Masjid ini dibangun dalam beberapa tahap pembangunan. Tahap pembangunan pertama adalah tahun 1820. Ketika itu Kabupaten Blitar masih beribukota di Srengat dan yang menjadi penghulu di Blitar adalah Ky. Imam Besari. Masjid baru tersebut berdiri di sebelah utara jembatan Kali Lahar di Kelurahan Pekunden. Bangunannya masih sederhana, dindingnya dari kayu jati dan atapnya masih sirap.
Pada terjangan banjir tahun 1848, masjid mengalami kerusakan yang cukup parah. Bencana yang disebabkan meletusnya Gunung Kelud tersebut tidak hanya merusak masjid tetapi juga mempengaruhi pemikiran tentang kelayakan Srengat sebagai ibukota Blitar. Karena banjir lahar yang kerap terjadi membuat jalannya pemerintahan terganggu. Apalagi kemudian, banjir juga menghancurkan rumah kediaman bupati.
Maka setelah bencana tahun itu, pusat pemerintahan Blitar, juga masjid agung-nya, dipindahkan ke tempat sekarang ini. Saat itu Bupati Blitar dijabat oleh Raden Mas Aryo Ronggo Hadinegoro sedang penghulu yang merangkap tetua masjid Jami’ yaitu Kyai Raden Kamaludin.
Dalam perkembangannya, masjid ini telah
mengalami penambahan fasilitas. Hingga saat ini, Masjid Agung Blitar ini telah mampu menampung sampai 5 ribu orang jamaah.
Belum ada Komentar untuk "Masjid berlantai Tegel, Masjid Agung Kota Blitar"
Posting Komentar