Kajian bada maghrib berbahasa jawa di Masjid Hidayatullah, Gresik



Sunnah kanjeng Nabi Muhammad saw

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُه
Bada maghrib hari Rabu tanggal 30 Oktober 2019, saya melintas di Jalan Jaksa Agung Suprapto Gresik. Tanpa sengaja mendengar pengajian dari salah satu masjid dengan ceramah berbahasa jawa.  Tertarik untuk mendengar kajian berbahasa jawa, saya berhenti dan memarkirkan sepeda motor masuk ke halaman masjid. Masjid Hidayatullah namanya, yang berlokasi di Jalan Jaksa Agung Suprapto Nomor 39, Gresik.
Tiba di masjid sekira 10 menit menjelang masuk waktu isya dan pengajian masih berlangsung. Alhamdulillah, lumayan masih sempat mendengar pengajian meskipun hanya 10 menit.  
Awalnya mendengar pengajian dengan duduk di serambi luar masjid bersama jamaah lain yang berada di luar, namun karena tertarik untuk lebih dekat, akhirnya masuk ke dalam ruang utama bergabung dengan jamaah lain yang sudah lebih dulu berada di dalam masjid. 

Baca juga :  Kajian Bada Subuh Ustadz H. dr. Agus Ali Fauzi The Power Of Happiness

Ustadznya berada di tengah depan imamah dengan meja kecil dan kitab yang dibaca diatas meja, sedangkan jamaah bersandar di dinding masjid mengelilingi ustadz dari kiri, depan dan kanan. Pengajian yang santai, dibawakan oleh ustadz dengan gaya yang santai sederhana dan didengarkan oleh para jamaah dengan santai bersandar di dinding. Pengajian disampaikan dengan bahasa jawa halus (kromo inggil) yang sesekali diselingi dengan bahasa Indonesia. 


Pengajian dengan pengantar berbahasa jawa ini mengingatkan kembali memori kita di masa lampau sebelum berkembang teknologi secanggih sekarang. Belum ada handphone yang dapat memotret dan merekam pengajian. Bila mengaji harus berguru kepada guru ngaji dengan pergi ke surau, langgar atau masjid kampung yang jumlahnya tidak banyak. 

Dulu, selain menggunakan bahasa jawa, belajar ngaji membaca Alquran dulu masih menggunakan ‘turutan’ dengan membaca alif, ba, ta, tsa, jim dan seterusnya. Belum ada metode iqro, wafa, qiraati, dan metode lainnya yang berkembang sekarang ini.  

Kembali ke pengajian berbahasa jawa di Masjid Hidayatullah, yang sempat saya dengar dari kajian yang disampaikan ustadz  ketika sampai di masjid adalah :
1.   Wasiat utawi dawuhe kanjeng Nabi saw ingkang nomer setunggal inggih menika menjaga wudhu, tansah suci saking hadast. Sunnah atau sabda Nabi saw yang pertama adalah menjaga wudhu, selalu suci dari hadast. Bila buang air kecil, buang air besar atau (maaf) kentut dan hal lainnya yang membatalkan wudhu, kita harus berwudhu lagi untuk tetap suci dari hadast. Tidak harus menunggu sholat untuk selalu berwudhu. Keutamaan berwudhu antara lain menghapus atau menggugurkan dosa dan kesalahan dari anggota tubuh kita yang dibasuh dengan air wudhu, tanda pengenal ummat kanjeng nabi saw pada hari kiamat nanti yang terlihat dari bekas wudhu, dan cahaya yang terlihat dari anggota tubuh dari bekas wudhu.
 2. Wasiat ingkang nomer kale inggih menika ngucapaken salam setiap kepanggih kalian  saudara utawi tiang  termasuk sing mboten kita kenal sekalipun. Sunnah yang kedua adalah mengucapkan salam setiap bertemu dengan saudara atau orang termasuk kepada orang yang tidak kita kenal. Mengucapkan salam adalah kebaikan dan kebaikan itu akan kembali kepada kita. Siapa yang sering mengucapkan salam kepada saudaranya, maka ia akan mendapatkan banyak kebaikan.
3.  Wasiat selanjutnya adalah mengucapkan salam ketika pertama kali memasuki rumah, meskipun rumah sedang kosong, tidak ada penghuninya.  Insyaa Allah salam kita pasti dijawab meskipun tidak ada penghuninya. Sedikit bercanda ustadz berkata, “Niki mboten medeni lho, wasiate memang ngeten.” Ini tidak menakut-nakuti karena sunnahnya memang demikian.
4.   Wasiat berikutnya adalah sholat dhuha. Bagus, kalau mampu sholat dhuha 8 rakaat, kalau tidak mampu cukup 2 rakaat saja. Luwih sae kale rakaat sing penting terus tinimbang wolu rakaat tapi seulan pisan. Lebih baik 2 rakaat tetapi terus menerus setiap hari daripada 8 rakaat tapi sebulan sekali. Kalau bisa, sebelum berangkat kerja biasakan untuk sholat dhuha 2 rakaat terlebih dulu.
Sebenarnya ustadz masih akan meneruskan kajiannya yang kemungkinan berkaitan dengan keutamaan sholat dhuha atau sunnah kanjeng Nabi saw lainnya, namun sudah keburu masuk waktu isya sehingga pengajian langsung diakhiri dan ditutup dengan doa.  

Baca juga : Tipologi Masjid di Indonesia

Itulah sedikit point penting yang dapat saya catat dari kajian berbahasa jawa di Masjid Hidayatullah, Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 39 Gresik.
Semoga bermanfaat.


Belum ada Komentar untuk "Kajian bada maghrib berbahasa jawa di Masjid Hidayatullah, Gresik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel