Handphone dan Kesholihan


Handphone dan  kesholihan

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Masjid Al Istiqomah adalah masjid yang berlokasi di Jalan Ikan Dorang IV, perumahan BP Kulon, Kabupaten Gresik. Lokasinya cukup dekat dari tempat kerja dan kebetulan di tempat kerja belum tersedia masjid untuk sholat jumat sehingga kami seringkali sholat jumat di Masjid Al Istiqomah.  Begitu pun pada hari Jumat tanggal 01 November 2019, kami bersama beberapa teman kerja melaksanakan sholat jumat di masjid tersebut.


Sholat jumat di masjid ini tepat waktu sesuai jam waktu dhuhur. Sebelum khotib naik mimbar, pada umumnya takmir masjid menyampaikan pengumuman minimal terkait hasil infaq jumat sebelumnya, saldo kas masjid serta nama khotib dan imam jumat saat itu. Tidak demikian dengan masjid ini,  tidak ada pengumuman yang disampaikan oleh Takmir.

Baca juga : Kajian Bada Maghrib Berbahasa Jawa 

Waktu dhuhur hari Jumat itu sangat awal tepatnya jam 11.15.  Jamaah belum terlihat ramai, khotib tetap naik mimbar, mengucap salam dan selanjutnya dikumandangkan adzan oleh muadzin.  Sebagian besar  jamaah  terlambat hadir, (hadir setelah khotib naik mimbar atau sedang kutbah).  Jamaah  yang  terlambat kemungkinan besar dikarenakan waktu dhuhur yang sangat awal.    

Kutbah diawali dengan pujian dan syukur kepada Allah, sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, dan wasiat takwa kepada Allah SWT.  Tidak ada keindahan hidup di dunia kecuali dengan beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Materi kutbah jumat yang disampaikan khatib :

1.   Dulu, tidak terbayangkan oleh kita semua bahwa perkembangan teknologi akan secanggih seperti sekarang ini dengan informasi-informasi yang mudah didapat.  Tidak terpikirnya oleh kita bahwa handphone dan paket data akan menjadi kebutuhan primer. Banyak diantara kita lebih memilih ketinggalan dompet daripada ketinggalan handphone. Seolah-olah tidak bisa hidup tanpa handphone

2.  Hal ini pula yang menyebabkan seorang anak sering bertengkar dengan orang tuanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang anak sering mengabaikan perintah orang tuanya karena keasyikan bermain game di handphone. Kejadian seperti ini sudah umum karena banyak pengaduan dari orang tua kepada para guru atau ustadz/ustadzah.

3.   Bagaimana ini bisa terjadi, bukankan kita sebagai orang tua mengharapkan seorang anak menjadi Qurrota a’yun, menjadi penyejuk hati?  Bukan malah menjadi Aduwalakum, menjadi musuh bagi kalian?  Ini menjadi perhatian dan renungan bagi kita semua terutama para orang tua.

4.   Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Fitrah berarti mengenal Tuhannya dengan baik, menjalankan perintah Tuhannya dan meninggalkan larangan Tuhannya. Fitrah ini cenderung kepada kebaikan, keshalihan, bersosial yang baik, akhlak yang baik. Kita sebagai orang tuanya harus mendidik dan memberi contoh yang baik kepada anak. Orang tua sering tidak menyadari, memberikan perintah kebaikan tetapi kita tidak melakukan kebaikan itu. Bagaimana si anak melakukan kebaikan kalau melihat orang tuanya tidak memberikan teladan kebaikan yang diperintahkannya.

Baca juga : Kajian Bada Subuh dr. H. Agus Ali Fauzi : The Power of Happiness

5.   Kita semua sebagai orang tua merindukan dan mengharapkan anak cucu kita menjadi anak sholih/sholihah yang kelak di hari akhir nanti saling mangangkat satu sama lain. Anak lebih sholih dari orang tuanya, maka anak akan mengangkat orang tuanya. Sebaliknya orang tua lebih sholih dari anaknya, maka orang tua akan mengangkat anaknya.  Sebagaimana yang telah disebutkan dalam Al-quran surat Ath Thur ayat 21 (QS 52 ; 21) yang artinya,”Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam Surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebaikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” 

6.   Selanjutnya Khatib menyampaikan tingkatan golongan atau tipe manusia :

-   Sholih, manusia yang sholih dalam ketauhidan  bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah melainkan Allah, tidak menyekutukan Allah dan  tidak berbuat syirik. Sholih dalam penghambaan kepada Allah bahwa kita adalah hamba Allah dan bukan hamba yang lain sehingga segala sikap, tingkah laku dan perbuatan kita hanya untuk Allah.  Sholih dalam  peribadatan kepada Allah sesuai Surat Adz-Dzariyat ayat 56 (QS 51 : 56) yang artinya,'Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.' Segala ibadah yang kita lakukan semata-mata hanya untuk Allah.

-  Rusak, manusia yang hanya mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan lingkungan sekitar. Masa bodoh terhadap tetangganya, apakah kenyang atau lapar tidak peduli sama sekali. Bahkan terhadap isteri dan anaknya juga tidak peduli. Manusia yang hanya menikmati kesenangan dunia tanpa peduli yang lainnya.

-   Rusak dan merusak, manusia yang perbuatannya rusak dan merusak orang lain atau lingkungan sekitar.  Manusia yang tidak hanya mementingkan diri sendiri  dan tidak peduli orang lain, tetapi perbuatannya menimbulkan kerusakan bagi orang lain dan lingkungan sekitar. Seperti korupsi atau mengupload gambar dan video di medsos seenaknya sendiri yang penting mendapatkan penghasilan tanpa peduli konten yang diupload. 

Khotib mengakhiri kutbah jumat dengan pengharapan dan permohonan doa kepada Allah SWT agar kita semua dijauhkan dari orang rusak dan orang yang rusak merusak dan semoga Allah menjadikan kita dan anak cucu kita golongan orang-orang sholih yang di akhirat kelak dapat berkumpul di surgaNya.

Aamiin….

Semoga bermanfaat.


 
 

Belum ada Komentar untuk "Handphone dan Kesholihan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel