Masjid Kuno Peninggalan Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Masjid Agung Surakarta



Masjid Agung Kasunanan Surakarta Hadiningrat

 اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُه
Liburan sekolah bulan Desember 2017, kami  berlibur ke kota Surakarta (Solo) dan Yogyakarta (Yogya). Dua kota di Jawa yang sampai saat ini masih sangat kental dengan budaya jawanya.  Dua kota yang identik dengan budaya keraton peninggalan masa kerajaan, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dua kota yang mempunyai ikon istana kerajaan, Keraton Surakarta Hadiningrat dan Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat.  


Bismillah, pada hari Minggu tanggal 24 Desember 2017 kami berangkat dari Tuban melalui jalur Bojonegoro - Ngawi - Sragen - Solo.  Alhamdulillah, perjalanan lancar dan sebelum dhuhur, kami sudah tiba di kota Solo.  Masih ada waktu cukup lama sebelum check in penginapan, kami mampir dulu di Taman Balekambang.  Setelah cukup puas bermain di Taman Balekambang, kami menuju penginapan yang sudah dipesan jauh hari sebelum liburan sehingga mendapatkan harga yang murah. 

Baca juga : Safar ke Jakarta, Sholat Jamak Qasar di Masjid Istiqlal Jakarta

Sore harinya, kami jalan-jalan di sekitaran kota Solo mulai dari Keraton Surakarta Hadiningrat, Benteng Vastenburg sampai akhirnya tiba di Masjid Agung Surakarta menjelang maghrib. Sementara menunggu adzan maghrib, kami jalan mengelilingi seputaran masjid mulai dari pintu gerbang masjid sampai menara masjid.  

Memasuki kawasan masjid disambut dengan pintu gerbang berupa Gapura besar dengan 3 pintu berbentuk huruf U runcing terbalik. Pintu tengah berukuran lebih besar diapit dengan 2 pintu berukuruan lebih kecil.  Pintu gerbang ditutup dengan pintu pagar besi  separo dari ketinggian pintu gerbang. Dilihat dari Gapura pintu gerbang seperti tembok kuno yang begitu kokoh mencerminkan bahwa masjid ini memiliki nilai sejarah kuno.

Bangunan masjidnya sangat sederhana mencerminkan budaya jawa menyerupai rumah joglo dengan atap bertingkat tiga. Kubahnya berbentuk limas segi emat yang puncaknya ditambah kubah kecil yang bentuknya seperti bawang. 

Baca juga : Masjid Nasional Al Akbar Surabaya

Menaranya berdiri terpisah  yang berada di utara masjid. Menara terlihat sangat kokoh dengan bentuk bulat  tinggi keatas yang ditopang bagian bawah berbentuk empat persegi. 


Satu lagi bukti bahwa masjid ini memiliki nilai sejarah kuno bisa dilihat dari bangunan utama masjid yang dipenuhi dengan bahan utama dari kayu. Tiang-tiang penyangga masjid terbuat dari kayu berbentuk bulat besar (biasa disebut saka guru). Untuk memperkuatnya, antara tiang satu dengan tiang lainnya disambung dengan kayu bulat yang sama.  Plafon masjid juga terbuat dari kayu yang serupa. 

Pintu masuk ke ruang utama masjid dibangun semacam lorong atau teras menuju masjid yang tiang dan plafonnya terbuat dari kayu bercat biru. Sekeliling lorong, dipasang pagar pembatas kecil dari kayu berwarna biru.

Baca juga : Masjid Putih, Masjid Brigjen Soegiyono, Balaikota Among Tani Kota Batu

Masjid Agung ini dikelilingi tembok pagar setinggi lebih kurang 3 meter yang memisahkan kawasan masjid dari lingkungan sekitar.

 

Setelah puas berkeliling seputaran masjid dan adzan berkumandang tanda  maghrib telah tiba, kami segera berwudhu untuk sholat maghrib.  Selesai sholat, kami segera kembali ke tempat penginapan. 

Sekilas tentang Masjid Agung Surakarta

Masjid Agung Surakarta berlokasi di Jalan Masjid Besar 1, Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Masjid ini dibangun diatas lahan seluas 19.180 m2 dengan luas bangunan 15.000 m2 yang mampu menampung jamaah mencapai 1.000 orang. 

Nama resmi masjid dalam bahasa Jawa adalah Masjid Ageng Karaton Surakarta Hadiningrat yang pada masa pra-kemerdekaan adalah Masjid Agung milik kerajaan Surakarta Hadiningrat. Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung berfungsi juga sebagai pusat syiar Islam bagi warga kerajaan.

Masjid Agung dibangun oleh Sunan Pakubuwono III tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768. Raja (Sunan) Surakarta berfungsi sebagai panatagama (pengatur urusan agama) dan masjid ini menjadi pelaksana dari fungsi ini. Semua pegawai masjid diangkat menjadi abdi dalem kraton, dengan gelar seperti Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (untuk penghulu) dan Lurah Muadzin untuk juru adzan.

Baca juga : Masjid Merah di Tengah Sawah, Taman Dayu Pandaan, Pasuruan

Alhamdulillah, kami sekeluarga dapat melaksanakan sholat maghrib berjamaah di Masjid Agung Surakarta, masjid peninggalan Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dibangun pada abad 18 oleh Sunan Pakubuwono III, Raja Surakarta Hadiningrat masa itu. 

Sumber bacaan :
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Kraton_Surakarta


Belum ada Komentar untuk "Masjid Kuno Peninggalan Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Masjid Agung Surakarta"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel